Uswatun Hasanah (26 tahun), guru honorer asal Lombok Tengah mengaku
sudah empat kali mengikuti tes seleksi Calon Pengawai Negeri Sipil
(CPNS). Namun, semua tes yang diikuti belum membuahkan kelulusan.
Dirinya sempat berpikir jika tes CPNS hanya bagi orang-orang yang
beruntung meskipun tidak memiliki kualitas dan potensi yang mumpuni.
“Ikut tes CPNS sudah empat kali, cuma belum lulus. Sempat berpikir kalau orang-orang yang ikut tes CPNS dan lulu itu orang beruntung yang belum tentu memiliki kualitas dan kompetensi,” ujarnya kepada Republika di Kota Mataram, Senin (23/11).
Ia yang kini mengajar di TK Tunas
Bangsa, Lombok Tengah mengaku tetap akan mengajar meski tes CPNS yang
diikuti selalu gagal lulus. Apalagi, status guru honorer yang diakuinya
tidak memiliki pendapatan yang besar. Sebab, baginya, mengajar merupakan
kewajiban dan bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Menurutnya, dengan gaji perbulan yang hanya Rp 350 ribu, beban kerja guru honorer bisa sama dengan guru PNS bahkan kadangkala lebih banyak. Baginya, hidup guru honorer sangat jauh dari kesejahteraan.
Menurutnya, dengan gaji perbulan yang hanya Rp 350 ribu, beban kerja guru honorer bisa sama dengan guru PNS bahkan kadangkala lebih banyak. Baginya, hidup guru honorer sangat jauh dari kesejahteraan.
“Kalau lihat gaji, kita gak dapat apa-apa. Sekedar untuk bensin saja sangat jauh sekali. Paling besar gaji guru honorer Rp 350 ribu. Kalau sekarang di TK hanya Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu,” ungkapnya.
Ia
menambahkan, guru honorer yang baru mengajar tahun ini kondisinya lebih
mengkhawatirkan. Sebab, kegiatan mengajar tidak diberikan fasilitas
gaji. Banyak dari guru honorer sengaja mengajar sambil menunggu tes
seleksi CPNS atau pun berharap segera diangkat. Bahkan, menjadi guru
honorer agar tidak dianggap menganggur.
Dirinya berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan para guru honorer. Sebab, meskipun beberapa kali gagal mengikuti seleksi tes CPNS bukan berarti kualitas dan potensi yang dimiliki lebih rendah dari guru yang berstatus PNS.
Dirinya berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan para guru honorer. Sebab, meskipun beberapa kali gagal mengikuti seleksi tes CPNS bukan berarti kualitas dan potensi yang dimiliki lebih rendah dari guru yang berstatus PNS.
“Kurang sekali perhatian dari pemerintah. keinginan saya bisa diangkat menjadi PNS,” ungkapnya.
Uswatun
mengatakan sudah 5 tahun menjadi guru honorer sejak 2010, dimulai
mengajar sebagai guru honorer di SD 10 Kota Mataram serta di SMA di Kota
Mataram , masing-masing satu tahun. Serta di IKIP Mataram mencapai 2
tahun lebih.
Dirinya mengaku mengajar di ketiga tempat secara bersamaan. Namun, aktivitas mengajar di IKIP akhirnya ditinggalkan karena kebijakan S1 tidak boleh mengajar kecuali S2. Sementara, kegiatan mengajar di SD dihentikan sebab terkendala dengan transportasi. Hingga akhirnya, kini mengajar di salah satu TK Swasta di Lombok Tengah.
Dirinya mengaku mengajar di ketiga tempat secara bersamaan. Namun, aktivitas mengajar di IKIP akhirnya ditinggalkan karena kebijakan S1 tidak boleh mengajar kecuali S2. Sementara, kegiatan mengajar di SD dihentikan sebab terkendala dengan transportasi. Hingga akhirnya, kini mengajar di salah satu TK Swasta di Lombok Tengah.
0 Komentar untuk "Empat Kali Ikut Gagal Tes CPNS, Guru Ini masih Setia Jadi Honorer"